Jika ciptaan baru adalah pekerjaan Allah, apakah kita tidak punya bagian untuk menyucikan diri dari dosa dalam keseharian kita? Tentulah ada usaha kita. Seperti Nabi Yusuf yang lari dari istri Potifar ketika dia digoda jatuh dalam dosa perzinahan, demikian juga butuh usaha kita untuk keluar dari jebakan dosa. Menjadi ciptaan baru ibarat kita mengendarai mobil yang tadinya mundur, kita pindahkan ke gigi maju. Kita total berganti arah dari pembenci Allah menjadi pecinta Allah. Dari kalah melulu melawan dosa, kini bisa menang atas dosa.
Penyucian punya dua arti. Pertama adalah terpisah atau dikhususkan. Allah itu Maha suci karena Ia demikian terpisah dari manusia yang cemar. Tapi arti yang kedua dari kata suci adalah kebaikan moral atau kelayakan rohani. Pengertiannya adalah agar hidup kita “sejalan dengan panggilan itu” (Surah Efesus 4:1). Kita dituntut punya karakter yang mirip dengan Allah yakni “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri” (Surah Galatia 5:22-23). Allah menguduskan kita agar hidup kita semakin serupa dengan Nya.