Sesuatu yang paling dramatis dalam pergumulan nabi Yusuf adalah ketika ia mengampuni saudara-saudara kandungnya. Kitab suci menceritakan bagaimana proses ini berlangsung menegangkan tapi juga penuh haru. Ketika saudara-saudaranya yang datang ke Mesir menjadi sangat takut karena adik mereka yaitu Benyamin “mencuri” piala Firaun, nabi Yusuf justru menunjukkan dan mengakui bahwa orang penting di Mesir itu ternyata adalah nabi Yusuf yang mereka aniaya dan telah dianggap mati oleh bapanya sendiri. Nabi Yusuf berkata: “tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (Kej.45:5)
“Hanya dengan satu kata, maka ia bisa menghabisi hidup saudara-saudaranya. Tetapi itu tidak dilakukannya.“
Sebenarnya saudara-saudaranyalah yang menjadi penyebab pertama nabi Yusuf mengalami banyak pengalaman pahit, penderitaan yang amat pilu. Seharunya ia bisa membalas perbuatan mereka dengan sangat mudah. Pasalnya sekarang ia telah menjadi orang tertinggi kedua di Mesir. Hanya dengan satu kata, maka ia bisa menghabisi hidup saudara-saudaranya. Tetapi itu tidak dilakukannya. Meskipun ia memiliki kuasa untuk itu, tetapi ia memilih mengampuni. Ia memilih mengasihi saudara-saudaranya.
Nabi Yusuf memiliki kenangan pahit akan saudara-saudaranya, tetapi kenangan itu tidak menuntun atau bahkan mendiktenya untuk melakukan kejahatan. Sebaliknya ia belajar mentaati Allah karena untuk hidup saudara-saudaranya itulah, untuk memelihara hidup suatu bangsa yang besar itulah ia diutus Allah menjadi orang nomor dua di Mesir. Bahkan ia juga memelihara hidup ayahnya. Meski memiliki kenangan pahit, namun ia berhasil menang. Bukan untuk membunuh saudara-saudara yang berbuat jahat kepadanya tetapi untuk memelihara hidup mereka yang sudah jahat kepadanya.
Bukankah ini suatu kemenangan agung? Ketika berkuasa, saudara-saudaranya menganiaya nabi Yusuf. Tetapi ketika nabi Yusuf berkuasa, ia justru merawat saudara-saudaranya. Allah mengubah pengalaman pahit menjadi sebuah kemuliaan dan kemilauan namaNya yang kudus lewat ketaatan dan ketabahan nabi Yusuf.
Maukah kamu meneladani nabi Yusuf dalam hidupmu? Datanglah kepada Allah di dalam Isa Almasih (Yohanes 14:6)