Efek Nilai Diri Yang Salah

Banyak orang tua terkenal ramah dan baik dengan tetangga dan lingkungan di luar rumah tetapi bersikap keras dan cenderung buruk kepada anak-anaknya. Ini dialami Pangeran (nama samaran) dengan ayahnya. Pernah suatu kali, setelah Pangeran pulang dari sekolah, ia dilempari dan diusir ayah-nya tanpa memberi tahu alasannya. Dia pergi tanpa tahu kemana arahnya, ia marah namun sedih, bingung dan kosong dalam pikirannya. Ia hampir saja mengakhiri hidupnya. Dalam hitungannya, sudah lima kali ia diusir dari rumah. Perlakuan ayahnya mengirimkan pesan bahwa ia tidak disayang, ditolak dan diabaikan. Hal ini telah menimbulkan trauma tersendiri ketika ia ingin membangun keluarganya kelak.

Perasaan tentang nilai diri merupakan inti dari kepribadian. Perasaan ini menentukan apakah seseorang akan menggunakan dan mengembangkan bakat dan kesanggupan yang ada pada dirinya, atau membiarkannya begitu saja. Sesungguhnya penilaian diri adalah daya utama apakah seseorang akan berhasil atau gagal dalam hidupnya.

Penilaian diri tidak berharga berdampak kepada hubungan dengan orang lain, termasuk dengan siapa ia berteman, sejauh mana hidupnya produktif, takut berkreasi karena dibayangi kegagalan, bahkan akan menentukan ia jadi pemimpin atau pengikut. Merasa diri tidak berharga sudah melumpuhkan seseorang persis sebelum semua usaha orang itu dimulai karena pada dasarnya ia tidak senang atau bahkan benci dengan dirinya sendiri.