Cikal Bakal Nilai Diri

Tahukah kamu bahwa nilai diri, baik dalam arti positif yakni kita merasa berharga, disayang dan diterima maupun dalam arti negatif yaitu ketika kita merasa ditolak, direndahkan dan diabaikan, sesungguhnya berasal dari lingkaran keluarga inti kita.

Hal ini sudah berlangsung sejak kita bayi bahkan sewaktu masih di dalam kandungan. Khususnya bagi bayi yang lahir di luar nikah atau korban pelecehan seksual. Mereka sudah tertolak sebelum mereka lahir. Hal ini tentu berbeda dengan bayi yang lahir dan mendapat respon hangat dari orang tuanya. Respon ini dapat berupa perhatian, senyuman, pelukan, nyanyian, serta bentuk-bentuk permainan dan percakapan dengan bayi. Meskipun belum mengerti kata-kata, namun seorang bayi sudah dapat menyimpulkan kesan tentang dirinya dari bagaimana ia diperlakukan. Sentuhan, gerakan tubuh, nada suara dan ekspresi wajah dari orang-orang di sekitarnya mengirimkan pesan kepadanya, siapa dirinya.

Sebaliknya, ketika bayi menangis lalu orang tuanya membiarkan begitu saja, maka bayi akan menangkap kesan bahwa ia diabaikan. Misalnya saja sang ibu yang mengganti popoknya dengan menggerutu, wajah cemberut bahkan cenderung kasar maka bahasa tubuh sang ibu sesungguhnya memperlihatkan bahwa ia tidak menyayangi bayinya. Ini tentu membangun kesan pada bayi bahwa ia tidak sayang.

Kebanyakan nilai diri kita dibentuk oleh keluarga inti bahkan sejak kita masih di dalam kandungan.