Contoh konkret nabi ilyas sudah kita lihat, tetapi sering sekali kita kalah dengan perasaan kita. Perasaan menjadi biang kerok lain yang membuat kita depresi. Seperti sudah dijelaskan di awal bahwa depresi secara umum berkaitan dengan gangguan suasana hati yang cukup umum dan serius. Lagi pula, enam gejala depresi di atas juga berkaitan dengan kehilangan gairah untuk melakukan segala sesuatu. Kemalasan dan kemurungan sering mengikuti perasaan seorang yang sedang depresi. Namun yang paling berbahaya dari perasaan adalah kalau perasaan yang mengontrol dan mengendalikan seluruh hidup kita.
Rasul Paulus mengingatkan bahwa hidup kita seharusnya penuh sukacita. Ia yang mengatakan demikian sedang berada di dalam penjara. Kondisi itu bisa membuat Paulus murung. Tapi ia malah memilih bersukacita. Karena itu, tidak ada alasan bagi kita untuk tenggelam dan larut dalam depresi. Ini tidak berarti kita menyederhanakan penderitaan. Sebaliknya, kita dituntut untuk menguasai dan mengendalikan perasaan depresi kita. Kita diingatkan untuk percaya kepada Allah lebih dari pada perasaan kita. Bukan perasaan yang menyelamatkan kita tetapi percaya kepada Isa Almasihlah yang menyelamatkan kita.
Ini kuncinya. “Jika kamu mendapati perasaanmu tertekan, janganlah duduk dan menyesali diri, janganlah mencoba mengobarkan sesuatu, tetapi datanglah padaNya dan carilah wajahNya, sama seperti seorang anak kecil yang sedih karena orang lain merusak mainannya dan dia berlari pada ayah dan ibunya.” Datang pada Allah dan percaya padaNya akan menolong kamu keluar dari jebakan perasaan. Tentu hal ini berkaitan dengan kebenaran firman Tuhan. Firman Allah melalui nabi Hosea mengatakan “umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah”