Setelah mengalami kemenangan iman yang luar biasa, kitab suci menceritakan bahwa Nabi Ilyas kemudian “tertekan dan gelisah” dalam dirinya. Ia depresi. Apa sebabnya? Seorang perempuan yakni Izebel mengancam dan bersumpah akan menghilangkan nyawa Nabi Ilyas 1×24 jam. Bagaimana respon Nabi ? Ia ketakutan. Lalu bangkit menyelamatkan nyawanya. Ia pergi ke Bersyeba, masuk ke wilayah Yehuda dan meninggalkan hambanya nya di sana. Ia sendiri masuk ke padang gurun sehari perjalanan jauhnya dan Ia ingin mati di sana. Sungguh berbalik keadaannya dengan kisah Nabi Ilyas sebelumnya. Ia bahkan meminta Allah mencabut nyawanya.
Kita dapat sederhanakan depresi Nabi sebagai berikut: Ia mendapat ancaman nyawa, lalu ketakutan, lari dan menyembunyikan dirinya sejauh mungkin, bahkan ia mau mati saja.
Mengapa Nabi Ilyas ? Alasannya jelas, karena kita sering kali menghadapi ancaman itu dengan kekuatan sendiri. Ilyas tidak lagi bertanya kepada Allah apa yang harus ia lakukan. Formula “datanglah firman Allah kepadanya” Juga tidak kita jumpai dalam kondisi depresi nabi . Ia melepaskan dirinya dari Allah. Itulah awal depresi nabi Ilyas.
Yang menarik dari kisah ini adalah bagaimana Allah memulihkan kondisi nabi . Dalam keadaan marah dan mau mati, seorang malaikat Allah menyentuhnya dan berkata “bangunlah, makanlah!” Allah menyediakan roti bakar dan sebuah kendi berisi air. Setelah makan dan minum, Nabi Ilyas pun berbaring pula. Untuk kedua kalinya, malaikat membangunkan nabi untuk makan dan minum. Kali ini malaikat Allah meminta dia makan dan minum karena perjalanannya masih jauh. Ternyata Allah meminta Ilyas ke gunung Horeb dan di sana ia menemukan Allah dalam angin sepoi-sepoi.
Dalam kondisi depresi, Allah memulihkan kondisi jasmani nabi Ilyas lewat istirahat, makan dan minum. Dengan kondisi tubuh yang sudah pulih, Allah juga berjumpa dengan Ilyas di gunung Horeb untuk memulihkan kondisi rohaninya. Kembali kepada Allah adalah jalan pemulihan dari depresi. Maukah kamu dipulihkan oleh Allah?