Ditinggal istri adalah masalah baru bagi Fahmi. Pengalaman itu kini membekas dengan sejuta pertanyaan. Dalam benak Fahmi mungkin saja muncul pikiran: “seandainya kami tidak berjumpa, mungkin kejadian ini tidak terjadi,” atau “seandainya saja sebelum merencanakan pernikahan, Anggi jujur soal kondisinya, acara pernikahan bisa saja dibatalkan.” Seandainya saja… ya seandainya saja! Kini, Fahmi bukan saja bergulat dengan perselingkuhan yang menyayat hatinya tetapi kerugian materi karena acara pernikahannya sia-sia. Ia harus membawa rasa malu itu kemana-mana. Belum lagi masalahnya itu telah menjadi aib bagi orang tua dan keluarganya.
“Ada yang berkata bahwa hidup kita kini dibentuk sepuluh persen oleh tindakan -tindakan kita dan sembilan puluh persen sisanya adalah respon kita.”
Setiap kita memiliki masalah di masa lalu yang berbeda-beda. Ada sebagian yang mungkin mirip dengan pengalaman Fahmi, tetapi tidak sedikit juga yang memiliki masa lalu yang kelam dan jauh lebih mengerikan dari Fahmi. Ada yang bergulat dengan masalah perceraian orang tua, mengalami kekerasan seksual di masa kecil, sering dibully karena memiliki kekurangan tertentu, ada pula yang sudah menjadi sebatang kara sejak balita, dll. Ini semua telah menjadi goresan-goresan yang membekas. Goresan ini telah menimbulkan trauma dan depresi tersendiri yang terus dibawa hingga dewasa.
Masalah-masalah pekat yang melekat di masa lalu kita, ikut mempengaruhi dan membentuk hidup kita saat ini. Ada yang berkata bahwa hidup kita kini dibentuk sepuluh persen oleh tindakan -tindakan kita dan sembilan puluh persen sisanya adalah respon kita. Tentu masa lalu kita tidak hanya berisi melulu masalah. Ada kenangan-kenangan manis nan indah yang masih terus kita kenang. Tetapi yang perlu kita ingat adalah dampak negatif dari masalah-masalah pelik yang kita alami di masa lalu dapat merusak kehidupan kini dan nanti. Perlu respon yang tepat untuk menangani masalah kita di masa lalu.